Search This Blog

04 December, 2009

AJAIBLAH TUHAN



"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  Yohanes 3:16

'Ajaiblah Tuhan", sebuah lagu rohani yang pastinya mengangkat jiwa kita kepada Yesus Kristus. Tuhan memberkati anda sementara anda merenung dan menikmati lagu ini terutama senikatanya.

CHANGE YOUR THINKING





"Sing unto the LORD, O ye saints of his, and give thanks at the remembrance of his holiness." Psalm 30:4


Two men, both seriously ill, occupied the same hospital room. One man was allowed to sit up in his bed for an hour each afternoon to help drain the fluid from his lungs. His bed was next to the room's only window.

The other man had to spend all his time flat on his back. The men talked for hours on end. They spoke of their wives and families, their homes, their jobs, their involvement in the military service, where they had been on vacation..

Every afternoon, when the man in the bed by the window could sit up, he would pass the time by describing to his roommate all the things he could see outside the window.

The man in the other bed began to live for those one hour periods where his world would be broadened and enlivened by all the activity and color of the world outside.

The window overlooked a park with a lovely lake.

Ducks and swans played on the water while children sailed their model boats. Young lovers walked arm in arm amidst flowers of every color and a fine view of the city skyline could be seen in the distance.

As the man by the window described all this in exquisite details, the man on the other side of the room20would close his eyes and imagine this picturesque scene.

One warm afternoon, the man by the window described a parade passing by.

Although the other man could not hear the band - he could see it in his mind's eye as the gentleman by the window portrayed it with descriptive words.

Days, weeks and months passed.

One morning, the day nurse arrived to bring water for their baths only to find the lifeless body of the man by the window, who had died peacefully in his sleep.

She was saddened and called the hospital attendants to take the body away.

As soon as it seemed appropriate, the other man asked if he could be moved next to the window. The nurse was happy to make the switch, and after making sure he was comfortable, she left him alone.

Slowly, painfully, he propped himself up on one elbow to take his first look at the real world outside.

He strained to slowly turn to look out the window besides the bed.

It faced a blank wall.

The man asked the nurse what could have compelled his deceased roommate who had described such wonderful things outside this window.

The nurse responded that the man was blind and could not even see the wall.

She said, 'Perhaps he just wanted to encourage you.'

Epilogue:

There is tremendous happiness in making others happy, despite our own situations.

Shared grief is half the sorrow, but happiness when shared, is doubled.

If you want to feel rich, just count all the things you have that money can't buy.

'Today is a gift, that is why it is called 'The Present.'

TUBUHMU ADALAH BAIT ROH KUDUS

".....janganlah di antaramu ada akar yang menghasilkan racun atau ipuh." Ulangan 29:18

"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" I Korintus 6:19

Fikirkan secara waras: apa rokok boleh lakukan terhadap tubuh badan anda? Lihat dan renungkan apa sebenarnya message gambar-gambar illustrasi berikut.
























I WILL GLORY IN THE CROSS

The Great Evidence Of God's Love. I like this song very much. Jesus, our Saviour died on the cross exclusive for you and for me.


DADDY, CAN I BORROW $25?



A man came home from work late, tired and irritated, to find his 5-year old son waiting for him at the door.

SON: 'Daddy, may I ask you a question?'

DAD: 'Yeah sure, what it is?' replied the man.

SON: 'Daddy, how much do you make an hour?'

DAD: 'That's none of your business. Why do you ask such a thing?' the man said angrily.

SON: 'I just want to know. Please tell me, how much do you make an hour?'

DAD: 'If you must know, I make $50 an hour.'

SON: 'Oh,' the little boy replied, with his head down.

SON: 'Daddy, may I please borrow $25?'

The father was furious, 'If the only reason you asked that is so you can borrow some money to buy a silly toy or some other nonsense, then you march yourself straight to your room and go to bed. Think about why you are being so selfish. I don't work hard everyday for such childish frivolities.'

The little boy quietly went to his room and shut the door.

The man sat down and started to get even angrier about the little boy's questions. How dare he ask such questions only to get some money?

After about an hour or so, the man had calmed down , and started to think:

Maybe there was something he really needed to buy with that $25.00 and he really didn't ask for money very often. The man went to the door of the little boy's room and opened the door.

'Are you asleep, son?' He asked.

'No daddy, I'm awake,' replied the boy.

'I've been thinking, maybe I was too hard on you earlier' said the man. 'It's been a long day and I took out my aggravation on you. Here's the $25 you asked for.'

The little boy sat straight up, smiling. 'Oh, thank you daddy!' he yelled. Then, reaching under his pillow he pulled out some crumpled up bills.

The man saw that the boy already had money, started to get angry again.

The little boy slowly counted out his money, and then looked up at his father.

'Why do you want more money if you already have some?' the father grumbled.

'Because I didn't have enough, but now I do,' the little boy replied.

'Daddy, I have $50 now. Can I buy an hour of your time? Please come home early tomorrow. I would like to have dinner with you.'

The father was crushed. He put his arms around his little son, and he begged for his forgiveness.

It's just a short reminder to all of you working so hard in life. We should not let time slip through our fingers without having spent some time with those who really matter to us, those close to our hearts. Do remember to share that $50 worth of your time with someone you love.

If we die tomorrow, the company that we are working for could easily replace us in a matter of hours. But the family & friends we leave behind will feel the loss for the rest of their lives.

HIDUP YANG BERGEMA



[Dipadankan dari Kesaksian Jim Elliot]

Di manapun engkau berada, letakkanlah hatimu di sana.
Jalanilah sepenuhnya setiap keadaan yang  kau yakini sebagai kehendak Allah

Kehidupan dan kematian Jim Elliot adalah suatu kisah kesaksian tentang orang yang memiliki komitmen pada kehendak Tuhan. Ia selalu mencari, mengharapkan, menanti dan – yang terpenting – mentaati kehendak Tuhan.

Ia meninggal sebagai martir pada usia 28 tahun, dan buku-buku tentang kehidupan Elliot yang ditulis oleh istrinya, Elisabeth Elliot, telah memicu gelombang pengiriman ribuan penginjil ke ladang-ladang penginjilan dan menggelorakan api semangat pengabdian bagi Tuhan. Ia adalah seorang Kristen yang penuh dengan semangat, dan memusatkan perhatiannya hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, bukannya manusia.

“[Ia membuat] pelayan-pelayannya menjadi nyala api,” Elliot menulis ketika ia masih kuliah di Wheaton College. “Dapatkah semangat saya terbakar? Tuhan, bebaskan saya dari keadaan seperti asbes yang tak mau menyala. Mengguyur saya dengan minyak dari Roh sehingga saya dapat terbakar. Namun nyala api itu bersifat sementara, biasanya berumur pendek. Dapatkah kamu menghadapi umur yang pendek ini – hai jiwaku? Di dalam diriku, berdiam roh dari Si Umur Pendek yang perkasa, cintanya kepada Allah telah menghanguskan-Nya.”

Elliot adalah seorang penulis, pengkhotbah dan pengajar yang berbakat. Ia memiliki penampilan yang berwibawa ketika kuliah di Wheaton, bahkan menjadi bintang di lapangan gulat di mana ia menjadi juara.

Banyak sahabatnya yang yakin bahwa karunia rohani yang ada pada Elliot seharusnya diarahkan untuk membangun gereja di Amerika.

Akan tetapi, Elliot hanya menghendaki kehendak Allah, bukannya kehendak manusia. Sesudah melalui masa-masa doa pribadi yang lama, Elliot merasakan panggilan Tuhan untuk melayani di luar negeri, khususnya di Amerika Selatan. “Mengapa ada yang perlu mendengar dua kali,” katanya, “padahal yang lain belum pernah mendengar sekali?”

Melalui korespondensinya dengan seorang bekas misionaris ke Ekuador, terdengar berita tentang adanya suku – orang Aucas – yang masih belum terjangkau kabar penebusan Kristus. Ini mendorongnya untuk menentukan sasaran baru. Di musim dingin 1952, Elliot dan seorang teman yang mendapat visi yang sama berlayar dengan kapal barang menuju Amerika Selatan.

Fokus kepada Ketaatan

Fokus Elliot kepada ketaatan atas kehendak Tuhan membawanya pada sikap yang disiplin dan agak unik terhadap Betty Howard, kekasihnya sejak di Wheaton. Mereka rindu menjadi suami-istri, akan tetapi Elliot berkeras untuk menunggu sampai mendapat kepastian bahwa itu memang rencana Tuhan.

Elisabeth dan Jim sama-sama mendapat panggilan sebagai misionaris ke Ekuador. Setelah hampir setahun sesudah kedatangan mereka di sana, akhirnya mereka menjalankan pertunangan. Tanggal 8 Oktober 1953, mereka menikah di Quito, Ekuador.

Sesudah pernikahan mereka, Elliot melanjutkan pelayanannya di tengah suku indian Quichua dan menyusun rencana untuk menjangkau suku Aucas.

Pada musim gugur 1955, pilot lembaga misionaris itu, Nate Saint, berhasil menemukan sebuah perkampungan suku Aucas. Pada bulan-bulan berikutnya, Elliot dan para misionaris yang lain menjatuhkan bungkusan hadiah-hadiah dari atas pesawat, berusaha untuk menarik hati suku yang masih ganas ini.

Pada bulan Januari 1956, Elliot dan empat orang rekannya mendarat di tepi sungai Curaray, bagian timur Ekuador. Mereka berhasil mengadakan beberapa kali pertemuan yang bersahabat dengan suku yang sudah menewaskan banyak petugas dari perusahaan minyak Shell Oil.

Dua hari kemudian, 8 Januari 1956, kelima orang itu ditombak dan ditetak sampai mati oleh pejuang-pejuang suku Aucas. Majalah Life menyajikan artikel sepanjang sepuluh halaman tentang pelayanan dan kematian mereka.

“Mereka mempelajari kehidupan suku Aucas sambil melayani suku Quichua dan Jivaro bersama istri-istri mereka. Orang-orang Aucas selalu membunuh orang asing selama berabad-abad.”

“Suku indian yang lainnya takut kepada mereka akan tetapi para misionaris ini nekat mendatangi mereka. Elliot berkata, ‘Perintah bagi kami adalah: Injil bagi setiap mahluk.’”

Kehendak Allah yang Baik

Elliot ingin menjalankan kehendak Tuhan. Dan pencariannya ini berakhir dengan kematian, akan tetapi ini adalah kematian sebiji benih yang kemudian menghasilkan banyak buah bagi pekabaran injil.

Banyak anggota suku Aucas akhirnya menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka ketika Elisabeth Elliot dengan berani mendatangi dan membagikan Injil kepada suku yang telah membunuh suaminya itu. Buku tulisan Elisabeth, Shadow of The Almighty (Lindungan Sang Mahakuasa) dan Through Gates of Splendor (Melalui Gerbang Kemegahan), dengan penuh semangat menyampaikan tentang kuasa, keagungan dan kedaulatan Allah dalam menangani kehidupan suaminya.

Mungkin anda tidak terpanggil untuk melayani di ladang penginjilan, akan tetapi setiap orang Kristen dipanggil untuk masuk ke dalam suatu pertualangan yang menyenangkan yaitu memahami dan menjalankan kehendak Tuhan. Inilah bagian yang menegangkan di dalam kehidupan kekristenan – mengalami Tuhan sebagai pusat dari setiap tindakan, pikiran dan perbuatan anda.

Apakah anda sedang mencari kehendak Tuhan bagi hidup anda? Inilah akar dari segala berkat – bagi keluarga, pekerjaan, keuangan, persahabatan, pelayanan dan kehidupan pribadi anda. Kehendak Tuhan adalah yang terbaik.

Prosesnya tidak selalu mudah, akan tetapi Tuhan bersedia untuk mengungkapkan rencana-Nya kepada orang-orang yang menginginkan Dia lebih dari segalanya dan bersukacita di dalam Dia. Ini berarti anda perlu mengesampingkan rencana pribadi anda dan meminta Tuhan untuk “mengerjakan di dalam anda baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (lihat Filipi 2:13).

Ada kalanya kita harus bersabar menunggu saat yang ditentukan Tuhan. Pasangan suami-istri Elliot menunggu sampai lima tahun sebelum mendapat keyakinan dari Allah bahwa sudah saatnya mereka masuk dalam ikatan pernikahan.

Mendekatlah kepada Allah. Akuilah dan bertobatlah dari dosa-dosa. Tempatkan hati dan roh anda di dalam ketenangan, dan katakan kepada Tuhan bahwa keinginan anda hanya satu yaitu menjadi alat di tangan-Nya. Nantikanlah tanggapan-Nya lewat peristiwa-peristiwa, Firman-Nya, ataupun melalui nasehat dari saudara-saudara Kristen yang lebih dewasa secara rohani. Ia akan menyatakan kepada anda tentang apa yang dikehendaki-Nya, karena Ia mengasihi anda.

Anda akan mampu untuk menjalani hidup “sampai ke titik yang paling mustahil” sejalan dengan pencarian dan ketaatan anda kepada kehendak Tuhan.

DISAAT SEMUANYA TIDAK BERERTI



[Dipadan dari kesaksian Charles W. Colson]

Musim panas tahun 1973 merupakan salah satu titik yang paling kelam di dalam kehidupan saya. Saya telah empat tahun melayani Richard Nixon, presiden Amerika Serikat dengan setia dari kantor saya yang letaknya bersebelahan dengan kantor Presiden. Lalu timbul kasus Watergate dan bencana pribadi. Saya memerhatikan presiden yang saya kagumi dan hormati kehilangan tempat berpijak, dan merasakan tali hukum jaksa penuntut semakin mencekik leher saya sendiri. Saya melihat segala sesuatu yang saya kerjakan selama ini jatuh ambruk di depan mata saya. Washington pada waktu itu adalah kota yang sangat jelek. Koran-koran dipenuhi oleh pelbagai macam tuduhan yang kejam dan perdebatan politik yang sengit.

Suatu petang saya mengunjungi seorang teman lama dan juga klien. Tom Philips adalah presiden perusahaan Raytheon. Di awal musim semi, ia memberitahu saya bahwa selama empat tahun kami tidak bertemu itu – yaitu waktu saya bekerja di Gedung Putih – ia telah mengalami Yesus Kristus. Saya sama sekali tidak tahu apa yang ia katakan. Tetapi di sore itu saya memutuskan untuk mencari tahu. Saya sangat sangat membutuhkan sesuatu di dalam kehidupan saya. Saya tahu saya sangat mau menjadi seperti Tom, yang kelihatannya begitu tenang, gembira dan puas.

Di malam itulah, Tom Philips memberitahu saya tentang Yesus Kristus dan membacakan kepada saya tulisan yang indah dari buku kecil C.S Lewis yang berjudul Mere Christianity. Ia membacakan saya bab tentang keangkuhan, dosa besar itu. Tentang bagaimana seorang yang sombong selalu memandang rendah semua orang lain dan hal-hal lain dan tidak dapat melihat di atas dirinya pada sesuatu yang jauh lebih besar – yaitu Tuhan.

Tom mau berdoa bersama saya pada malam itu, tetapi saya tidak pernah berdoa melainkan di gereja dan dengan memakai doa yang sudah terhafal. Dia berdoa, saya tidak. Tetapi setelah meninggalkan rumahnya, saya menemukan diri saya tidak dapat menyetir mobil saya. Saya, mantan orang besar di Gedung Putih dan mantan kapten marinir sedang menangis begitu keras sehingga tangan saya tidak dapat menghidupkan mobil. Saya berseru kepada Tuhan, meminta-Nya menerima saya apa adanya. Tidak ada satu hal pun yang tetap sama sejak hari itu. Tidak ada yang akan sama lagi setelah itu.

Apa yang saya ketahui sebagai fakta adalah – apa yang saya alami pada malam itu – adalah kemerdekaan yang datang dari mengalami apa yang dimaksudkan dengan Yesus telah mati di kayu salib untuk dosa-dosa saya dan bahwa saya dapat diampuni. Jika saya tidak mengetahui itu sebagai suatu fakta historis, saya tidak akan dapat hidup dengan diri saya; saya pasti akan dilemaskan oleh kebusukan dosa-dosa saya.

Walaupun hal itu sudah terjadi lebih dari 28 tahun yang lalu, tetapi saya merasakan sepertinya baru kemarin hal itu terjadi. Karena tidak ada satu hari pun yang berlalu di mana saya tidak memikirkan tentang salib, harga yang Tuhan bayar untuk menyelamatkan saya, demi kemerdekaan saya.

Saya begitu dibanjiri rasa bersyukur yang membuat saya tidak dapat melakukan apa-apa melainkan tanggungjawab saya dalam menaati Kristus. Jika tidak, dengan cara apa lagi Anda meresponi orang yang telah melakukan pengorbanan yang sebesar itu?

Dan saya berdoa setiap hari agar saya dapat menjalani hidup yang layak dibandingkan dengan pengorbanan yang telah dilakukan bagi saya di atas kayu salib.

(Charles Colson akhirnya dipenjarakan selama 7 bulan karena perannya di dalam kasus Watergate. Sebelum meninggalkan penjara ia berjanji kepada teman-teman sepenjaranya bahwa ia tidak akan pernah melupakan mereka. Dan sesuai dengan janjinya, ia mendirikan Prison Fellowship yang sekarang menaungi lebih dari 400,000 pekerja sukarela yang melayani penjara-penjara di lebih dari 100 negara. Pelayanan Prison Ministry dapat dibaca di www.pfm.org)

Kesaksian Charles Colson diterjemahkan dari buku What the Cross Means to Me.

Originally uploaded by Cahaya Pengharapan Ministries